Article Detail

Berkunjung ke Bantar Gebang


Pada hari Senin, 30 Oktober 2011, saya, Metta, Devi, Catherina, dan Gio berkunjung ke Bantar Gebang sebagai duta SMP Tarakanita 2. Kami berangkat ke sana sekitar pukul 8 pagi. Mobil yang kami naiki adalah mobil sekolah. Kami juga tidak hanya pergi berlima saja, tetapi ada Bapak Dwi dan Bapak Norman yang ikut berkunjung ke sana. Dan kami harus mengenakan kaos yang telah disediakan dari yayasan, loh.
Di perjalanan, kami menikmati hidangan yang telah disediakan dari sekolah. Untuk sampai di Bantar Gebang, ternyata waktu yang dibutuhkan cukup lama, sekitar satu setengah jam. Namun kami menikmatinya dengan seskali bercanda dan mengamati jalan yang kami lalui.
Setelah sekitar satu setengah jam kami lalui, sampailah kami di Bantar Gebang tersebut. Pertama-tama, mobil kami memasuki jalan yang ternyata tidak bisa dilalui mobil kami. Akhirnya kami memutar lagi dan pada saat itu kami mulai dapat melihat gunung-gunung sampah di sekitar kami yang besaaaaaaaar sekali. Kami memfoto dan merekam sambil memberikan kata pengantar dari kami. Selang beberapa waktu kemudian, sampailah kami di gedung pertemuan di mana kami akan berkumpul dengan SD dan SMP Tarakanita lainnya. Ketika kami turun dari mobil, sudah tercium bau sampahnya walaupun tidak terlalu menusuk. Untung kami di sediakan masker. Di Bantar Gebang sangat panas walaupun belum siang hari. Ternyata belum semua sekolah Tarakanita berkumpul di depan ruangan itu. Setelah semuanya berkumpul, barulah ada seorang ibu yang memperkenalkan diri dan memperkenankan kami untuk langsung memasuki ruangan brieving. Di sana, ada seorang ibu guru dari SD Tarakanita 3 yang membuka acara kami. Satu ruangan brieving itu dapat memuat perwakilan siswa/siswi dari 7 SD Tarakanita dan 7 SMP Tarakanita, serta bapak/ibu guru pendamping, lho. Sepanjang brieving, seluruh informasi mengenai TPST Bantar Gebang diulas oleh Pak Doblas. Oh ya, sekarang namanya bukan TPA Bantar Gebang lagi, melainkan diubah menjadi TPST Bantar Gebang alias Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang.  Pak Doblas menjelaskan semuanya kepada kami yang tentunya juga diselingi oleh gelak tawa agar tidak membosankan. Selain itu, ada juga Pak Bagong di sana yang ikut membawakan acara. Kami dijelaskan mengenai proses pengolahan sampah, konsep pemupukan organik, dan masih banyak lagi. Kami semua diberikan brieving selama kira-kira satu setengah jam. Lumayan lama, sih.
Selepas brieving, kami diajak untuk melihat gunung-gunung sampah sembari menuju tempat pengolahan pupuk. Kami berlima pun bersama Pak Dwi dan Pak Norman naik mobil dan menyusuri sebuah jalan yang diapit oleh gunung-gunung sampah yang amat besar. Di sebelah kanan, sampah-sampah ditutup dengan bahan berwarna hitam dan terdapat pipa-pipa di atasnya. Sedangkan gunung sampah di sebelah kiri dibiarkan terbuka dan di sana terdapat banyak sekali pemulung yang memunguti sampah plastik di antara gunungan sampah yang besar itu. Mereka tidak memperdulikan traktor yang ada di depan mereka. Agak jauh dari gunung sampah tersebut, dapat terlihat sebuah tempat seperti kolam yang terdapat pancuran air dan gas ke kolam itu. Karena menarik perhatian kami, kami pun turun dan melihat-lihat. Di sana kami juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada Pak Doblas tentang gunung-gunung sampah tersebut dan juga tentunya kolam tadi. Tak lama kemudian kami masuk lagi ke mobil dan melanjutkan perjalanan kami. Sepanjang perjalanan, kami mengambil gambar sampah-sampah tersebut dan merekam video tentang perjalanan kami sebagai dokumentasi
 Dan akhirnya, sampailah kami di sebuah tempat di mana banyak warga Bantar Gebang yang berkumpul di sana. Kedengarannya sih akan ada pembagian sembako. Kami segera turun dan ternyata....... baunya sunggu berbeda dari tempat-tempat yang telah kami kunjungi tadi. Bau di tempat pengolahan pupuk ini sangat menusuk. Kami pun secepatnya mencari masker kami dan memakainya. Benar-benar dahsyat baunya. Sampah-sampah yang dikumpulkan di sini ternyata merupakan sampah yang telah diolah menjagi pupuk organik. Mesin-mesinnya keren. Mesin ini dapat memisahkan mana yang sampah plastik maupun yang bukan. Jika itu sampah plastik, mesin akan mengeluarkannya ke tempat tersendiri. Tetapi jika bukan, sampah tersebut akan melewati pengolahan berikutnya hingga pupuk organik itu jadi dan siap dikemas oleh pekerja-pekerja di sana. Kami berjalan dari ujung ke ujung tempat pembuatan pupuk organik dipandu oleh Pak Doblas. Ternyata kami tidak dapat berlama-lama di sana. Kami sunggu tidak tahan akan bau yang dihasilkan pupuk tersebut dan juga teriknya sinar matahari yang membuat kami semua mual dan pusing. Kami berlima masuk ke mobil dahulu tanpa mencari Pak Dwi yang tidak kami lihat dari tadi. Ternyata Pak Dwi masih terus berjalan bersama peserta kunjungan lainnya sedangkan kami sudah sangat lelah di mobil. Pak Dwi pun akhitnya kembali. Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 12 lebih. Kami pun kembali ke sekolah dan menikmati makanan siang yang telah disediakan. Setelah itu kami berlima terlelap di mobil karena terlalu lelahnya. Walaupun hanya sebentar, berkunjung ke TPST Bantar Gebang sangatlah menguras tenaga kami. Sesampainya di sekolah, kami turun dari mobil dan melihat teman-teman kami sudah pulang sekolah. Saya dan teman-teman segera masuk ke sekolah.
Pengalaman berkunjung ke Bantar Gebang sangat bermanfaat walaupun melelahkan. Kami jadi lebih mengerti cara pengolahan sampah-sampah yang dibuang ke Bantar Gebang. Di samping itu, kami juga mengetahui sebagian kecil keadaan penduduk yang menetap di sana. Pengalaman berkunjung kali ini sangat mengesankan karena TPST Bantar Gebang bukan suatu tempat yang biasa dikunjungi. Semoga TPST Bantar Gebang ke depannya dapat menjadi tempat yang baik untuk karyawisata  dan sekaligus tempat studi persampahan yang baik.

By: Claudia Natasha (8a)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment